Senin, 06 Juni 2011

10 Pos Pengeluaran Pengeruk Kantong (I) Sebanyak 10 pengeluaran tercatat sebagai penyebab menipisnya simpanan masyarakat.

Syahid Latif


ilustrasi uang (ANTARA/Prasetyo Utomo)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Di tengah perekonomian yang melambat serta ancaman resesi, masyarakat Amerika Serikat (AS) kini mulai mengatur ulang pengeluarannya sehari-hari.

Laman money.cnn.com, Kamis, 19 Mei 2011 menilai, setidaknya ada 10 pos pengeluaran yang selama ini bisa menggerogoti keuangan masyarakat AS. Pengeluaran tersebut umumnya tidak terlalu penting namun seringkali tidak disadari masyarakat.

Walau informasi ini berkaca dari pengeluaran masyarakat AS, namun dengan perekonomian dunia yang semakin seragam, kondisi di negara maju ini bisa dijadikan acuan bagi masyarakat di tanah air untuk lebih bijak dalam membelanjakan uangnya.

Inilah 10 pengeluaran yang sebenarnya memboroskan uang belanja namun seringkali tidak disadari masyarakat:

1. Biaya ATM

Penggunaan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) terdekat dibandingkan dengan bertransaksi di bank atau menggunakan ATM milik bank tempat menyimpan dana, diperkirakan menelan biaya pengeluaran sekitar US$5 (Rp45 ribu). Bank biasanya mengenakan biaya untuk jaringan dan mesin ATM juga mengenakan biaya sendiri.

ATM milik bank tempat nasabah menyimpan dana biasanya tidak akan mengenakan biaya sepeser pun.

"Anda bisa mengisi tanki kendaraan dengan menggunakan tabungan," kata Gary Thurber, assistant director of community relations at Consumer Credit Counseling Service of New York. Thurber telah menangani nasabah yang menggunakan 5-10 transaksi di ATM yang bukan fasilitas dari bank tempat nasabahnya menabung. Kalau dihitung, pengeluaran untuk transaksi nasabah ini bisa mencapai US$40 (Rp360 ribu) atau hampir US$500 (Rp4,5 juta) per tahun.

2. Tiket lotere

Para pembeli tiket lotere sebenarnya menyadari bahwa mereka lebih banyak disambar halilintar dibandingkan memenangkan hadiah lotere. Namun hal itu tidak menghentikan mereka membeli tiket lotere tersebut.

North American Association of State and Provincial Lotteries mencatat sepanjang tahun 2010, lebih dari US$70 miliar (Rp630 triliun) uang masyarakat digunakan untuk membeli tiket. Dari uang tersebut, hanya US$38 miliar (Rp342 triliun) yang berhasil memperoleh hadiah.

Thurber mengatakan, banyak nasabahnya yang menghabiskan sekitar US$10-20 (Rp90.000-180.000) per minggu untuk membeli tiket lotere atau sekutar US$520-1.240 (Rp4,68 juta - Rp11,16 juta) per tahun. Hingga kini, belum ada satupun nasabahnya yang berhasil memenangkan jackpot dari lotere tersebut.

3. "Ngopi"

Menghabiskan sedikit dari uang untuk membeli kopi di sebuah kedai kelihatannya memang murah. Namun jika dibayangkan, uang yang dibayarkan untuk membeli kopi sebenarnya bisa disimpan seluruhnya dan diganti dengan menikmati kopi di rumah.

Data mint.com menunjukan, warga AS tercatat menghabiskan rata-rata US$8,43 (Rp75.870) setiap kali mereka membeli kopi di toko. Dengan total minuman berkafein yang diminum rata-rata sebanyak 46 kali pada tahun lalu, pengeluaran untuk kegiatan "ngopi' ini bisa mencapai US$385,97 (Rp3,23 juta) per tahun.

Untuk peminum harian, pengeluaran untuk kegiatan ini bisa mencapai ribuan dollar. Thurber kembali mengatakan bahwa nasabahnya menghabiskan tidak kurang dari US$4 (Rp36 ribu) untuk secangkir kopi setiap hari kerja, atau sebulan mencapai US$80 (Rp720 ribu). Jika dihitung selama setahun, pengeluaran mereka bisa mencapai US$1000 (Rp9 juta).

"Hal ini semakin menunjukan pada nasabah ini bahwa mereka akan kesulitan membayar tagihan kartu kredit dan membantu mereka menyadari bahwa inilah saatnya untuk membuat perubahan," katanya.

4. Rokok

Tidak hanya buruk untuk kesehatan, rokok juga menjadi penyakit kanker untuk pengeluaran.

U.S. Centers for Disease Control and Prevention mencatat warga AS menghabiskan tidak kurang dari US$80 miliar (Rp720 miliar) per tahun untuk membeli rokok.

Thurber mengatakan banyak nasabahnya menghabiskan US$70 (Rp630 ribu) per minggu atau US$280 (Rp2,52 juta) per bulan untuk sebungkus rokok. Salah seorang nasabahnya akhirnya memutuskan untuk berhenti merokok begitu mengetahui bahwa dia sebetulnya bisa menyimpan uang sebesar US$320 (Rp2,88 juta) per bulan.

5. Belanja lewat teleshoping

Beberapa promosi yang dilakukan lewat tayangan informersial (teleshoping) seringkali memikat konsumen dan menganggap bahwa transaksi mereka menguntungkan.

Electronic Retailing Association mencatat industri infomersial telah mendatangkan keuntungan hingga US$400 miliar (Rp3.600 triliun) per tahun. Namun bukan rahasia lagi, banyak barang-barang yang dibeli akhirnya hanya menjadi barang usang karena tidak pernah digunakan.

Lagi-lagi Thurber mengungkapkan salah seorang kliennya menghabiskan US$200 (Rp1,8 juta) per bulan untuk membeli produk dari tayangan infomersial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar